Cokelat Sikha (Cho-Sik)

Provinsi Nusa Tenggara Timur
Komunal Potensi Indikasi Geografis
Jenis
Sub Jenis
Kustodian (Masyarakat yang Memelihara)
Alias
Pelapor UPT. Sikka Innovation Centre
Uraian Singkat Tanaman Kakao pertama kali diperkenalkan di Kabupaten Sikka tahun 1950 oleh Pater Heinnrich Bollen SVD, seorang biarawan Katolik asal Jerman yang mengabdikan diri di Kabupaten Sikka. Pater Heinnrich waktu itu mendatangkan benih kakao dari Pantai Gading. Berkat jasanya, Kabupaten Sikka menjadi sentra utama kakao di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan produksi sekitar 10.000 ton per tahun.

Pada tanggal 20 November 2013 diresmikan pusat Pembelajaran Kakao Kabupaten Sikka atau Cocoa Learning Center (CLC) di Desa Tebuk Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka. Desa Tebuk terletak di Kecamatan Nita Kabupaten Sikka Provinsi NTT dengan luas wilayah 628 ha, dengan perincian luas perkarangan 23 ha, luas ladang 230 ha dan luas tanah perkebunan 375 ha. Data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Desa Tebuk dijadikan sebagai tanah perkebunan bagi masyarakat. CLC kabupaten Sikka didukung doleh program perhatian dari WVI, Veco Indonesia, CSP (Cocoa Suitainability Partnership) dan ASFN serta donatur Mr. Wolfgang Deppen dari Pemerintah Jerman. CLC kabupaten Sikka memiliki beberapa fasilitas seperti rumah pembibitan, rumah kompos dan kebun contoh klon. CLC membentuk tiga divisi yaitu:

1. Divisi pembibitan dan kebun, dimana divisi ini akan bertanggung jawab untuk memproduksi bibit berkualitas dan entres dan dapat dibeli oleh petani lain;
2. Divisi Agro input dan kompos, divisi ini bertanggung jawab menyediakan alat alat pertanian berhubungan dengan budidaya kakao dan juga memproduksi kompos yang bisa dibeli oleh petani kakao;
3. Divisi pendidikan dan pelatihan, divisi ini bertanggung jawab untuk meningkatkan kapasitas para fasilitator dan juga memberikan dan menyediakan tenaga pelatih untuk budidaya kakao. CLC telah melakukan pendampingan Sekolah Lapangan I (pertama) yang didanai oleh Yayasan Sahabat Cipta (yang sebelumnya Swisscontact); Sekolah Lapangan di beberapa kecamatan bekerjasama dengan lembaga lokal BANGWITA dan Veco; Sekolah Lapangan II (kedua) bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan dan yang terkahir bekerjsama dengan lembanga keuangan Koperasi Kredit Sube Huter. Kegiatan lain yang tidak kalah penting adalah menghadiri workshop group research and development/transfer technology dan farmer empowerment yang menghadiri working group research and development/transfer technology and farmer empowerment yang diadakan oleh CSP. Pada kegiatan ini membahas rencana pembuatan manual sertifikasi yang akan dikeluarkan oleh CSP dan dapat digunakan oleh para anggota CSP juga lembaga lain yang bergerak dalam pemberdayaan petani kakao, karena setiap lembaga mempunyai pengalaman yang berbeda dan dimungkinkan dapat diaplikasikan atau diadopsi oleh lembaga lain.

Biji kakao hasil dari perkebunan kakao masyarakat Desa Tebuk dikumpulkan terpusat pada lembaga keuangan Koperasi Kredit SUBE HUTER yang terletak di ibukota Kecamatan Nita. Biji Kakao dari Koperasi Kredit Sube Huter inilah yang kemudian dibeli oleh Sikka Innovation Center untuk diproduksi menjadi cokelat Sikka. Cokelat Sikka yang dihasilkan dari fermentasi biji kakao yang dieroleh dari masyarakat petani kakao di Desa Tebuk.
Gambar picture
Sumber / link http://kikomunal-indonesia.dgip.go.id/jenis/5/ekspresi-budaya-tradisional/1516/A